Seperti pepatah Tiongkok kuno yang berbunyi, “Setiap krisis membawa kesempatan, seperti halnya musim dingin yang mempersiapkan bumi untuk musim semi,” penurunan akreditasi yang dialami oleh Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bukanlah sebuah akhir, melainkan awal dari peluang baru yang harus disikapi dengan kebijaksanaan dan semangat untuk bangkit.
Penurunan akreditasi dari A ke C, tentu saja, menggugah berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Namun, mari kita pahami situasi ini lebih dalam dan kritis, tetapi tetap dengan ketenangan. Evaluasi akreditasi adalah proses yang terus berjalan, dinamis, dan sering kali rumit, di mana aspek-aspek teknis dan administratif harus diperhatikan dengan cermat. Di sinilah sering kali tantangan muncul. Namun, Teori Evaluasi Organisasi mengajarkan kita bahwa penilaian terhadap mutu sebuah institusi tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses perbaikan berkelanjutan. Setiap penurunan akreditasi bukan berarti ada cacat yang tak tertolong, melainkan sebuah alarm untuk introspeksi dan rekonstruksi.
ULM, sebagai salah satu universitas terbesar dan tertua di Kalimantan Selatan, memiliki warisan akademik yang kuat. Oleh karena itu, penurunan akreditasi ini tidak bisa dipandang sebagai sebuah kehancuran, tetapi lebih sebagai fase alami dalam siklus pengembangan institusi. Teori Siklus Organisasi mengajarkan bahwa setiap organisasi mengalami fase pertumbuhan, kemunduran, dan kebangkitan. Justru di titik terendah inilah kesempatan terbaik untuk melakukan lompatan besar menuju masa depan yang lebih cerah.
Di balik evaluasi ini, ada aspek prosedural yang menjadi fokus. Mungkin saja ada proses administrasi yang tidak sempurna, tetapi bukan berarti itu adalah tanda kegagalan menyeluruh dari universitas. Teori Manajemen Kualitas Total mengajarkan bahwa sebuah sistem yang kompleks tidak bisa dinilai hanya dari satu sisi saja. Jika ada kekurangan di aspek administratif, hal itu bisa diperbaiki. Akreditasi adalah tentang kesempurnaan prosedural, dan bukan tentang merendahkan nilai-nilai fundamental yang telah dibangun oleh institusi ini.
Mari kita lihat secara lebih optimis: penurunan akreditasi ini adalah sebuah peluang bagi ULM untuk melakukan reformasi internal, memperkuat kelembagaan, dan meninjau ulang standar prosedur yang diterapkan. Teori Resiliensi Organisasi menjelaskan bahwa kekuatan sebuah institusi bukan hanya dinilai dari kemampuannya mencapai puncak, tetapi dari ketangguhannya untuk bangkit ketika mengalami kemunduran. Penurunan ini bisa menjadi katalisator untuk pembenahan sistem secara menyeluruh, memastikan bahwa ULM tidak hanya kembali ke peringkat unggul, tetapi juga memperkuat fondasi untuk pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
Pengajuan ulang akreditasi yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah bukti bahwa situasi ini bukanlah akhir, melainkan sebuah jeda sementara untuk memperbaiki dan menyempurnakan apa yang perlu diperbaiki. Teori Perubahan Terencana (Planned Change Theory) menekankan bahwa perubahan yang direncanakan dengan baik bisa membawa hasil yang lebih baik dan tahan lama. Dengan dedikasi dari seluruh elemen universitas—dosen, mahasiswa, hingga staf—ULM memiliki semua potensi untuk kembali meraih akreditasi unggul. Tantangan administrasi bisa diatasi, asalkan ada kerjasama yang kuat dan komitmen untuk terus memperbaiki diri.
Apa yang perlu kita pahami adalah bahwa setiap fase kemunduran adalah peluang untuk berbenah. Teori Pembelajaran Organisasi (Organizational Learning Theory) menyatakan bahwa setiap tantangan yang dihadapi oleh sebuah institusi memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dalam konteks ULM, penurunan akreditasi ini adalah kesempatan untuk belajar dari kesalahan, menata ulang sistem, dan memperkuat proses administrasi serta akreditasi di masa depan.
Semangat kebersamaan dan kesungguhan dalam menghadapi tantangan inilah yang akan membawa ULM kembali ke jalur kejayaannya. Mari kita ingat sebuah pelajaran dari Timur Tengah: “Setiap malam yang gelap pasti diakhiri oleh fajar yang cerah.” Begitu juga dengan ULM—setiap tantangan, seberapa berat pun, akan diakhiri oleh pencapaian baru yang lebih baik, asalkan kita mau bekerja keras dan tetap optimis.
Akhirnya, mari kita semua, baik itu civitas akademika, alumni, maupun masyarakat luas, mendukung ULM dalam proses perbaikan ini. Setiap langkah menuju pembenahan adalah upaya untuk membawa universitas ini kembali ke tempat yang seharusnya: sebagai lembaga pendidikan unggul yang terus berkontribusi bagi masa depan. Dengan semangat kolektif, tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk diatasi. ULM, dengan segala potensi yang dimilikinya, pasti akan kembali bersinar.
Oleh. Ahyar Wahyudi (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)
Berita