Berita

Breaking News

Mahasiswa Kimia FMIPA ULM Sosialisasikan Produk Ramah Lingkungan lewat Poster Life Cycle Assessment


BANJARBARU, kalseltoday.com – Pernahkah kita merasa khawatir dengan dampak penggunaan plastik dalam kehidupan kita sehari-hari? Khususnya penggunaan wadah makanan. Bagaimana jika wadah makanan dari jerami atau plastik dari tandan kosong kelapa sawit dapat menggantikan produk konvensional yang mencemari lingkungan? Apakah proses produksinya hingga pembuangannya benar-benar berdampak baik bagi lingkungan?
Pertanyaan kritis semacam inilah yang coba dijawab oleh mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melalui kegiatan pembelajaran dalam mata kuliah Kimia Hijau, dengan fokus pada topik Life Cycle Assessment (LCA).

Kimia Hijau merupakan mata kuliah yang mengenalkan cara berpikir dan berpraktik kimia secara berkelanjutan. Mata kuliah ini mengajarkan bagaimana membuat, menggunakan, dan membuang bahan kimia secara aman dan ramah lingkungan, berdasarkan 12 Prinsip Kimia Hijau yang digagas oleh Paul T. Anastas dan John C. Warner sejak 1998. Prinsip ini juga telah dikenalkan dalam Kurikulum Merdeka di tingkat Sekolah Menengah Atas, namun implementasinya di masyarakat masih sangat terbatas.

Dalam pembelajaran tingkat lanjut, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga menganalisis produk nyata melalui pendekatan LCA. LCA atau Penilaian Daur Hidup adalah metode untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari suatu produk atau proses mulai dari tahap produksi, distribusi, penggunaan, hingga pembuangan akhir.

 Dengan mempelajari LCA, mahasiswa mampu mengidentifikasi tahapan-tahapan yang berkontribusi besar terhadap pencemaran, dan mencari solusi hijau sebagai alternatifnya.
Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok dan ditantang untuk menganalisis LCA dari produk-produk ramah lingkungan yang sudah ada. Hasil analisis tersebut dituangkan dalam bentuk poster ilmiah populer, yang berfungsi sebagai sarana edukasi sekaligus bentuk kontribusi mahasiswa terhadap isu keberlanjutan.


Topik yang diangkat pun beragam dan menarik, mulai dari:
• Sabun dari buah lerak
• Bioplastik dari tandan kosong kelapa sawit
• Pemanis alami dari daun stevia
• Wadah makanan dari jerami
Poster-poster tersebut dinilai secara objektif berdasarkan kelengkapan tahapan LCA yang ditampilkan, kejelasan input dan output proses, analisis dampak lingkungan, kualitas desain visual, keterpaduan konten, kreativitas tim, serta solusi hijau yang ditawarkan.

Salah satu poster yang menonjol berasal dari Kelompok 4, yang menganalisis siklus hidup produk ecofoam dari jerami sebagai alternatif wadah makanan. Poster tersebut menyajikan alur LCA secara komprehensif, mulai dari pengumpulan jerami, pengeringan dan pencacahan, perlakuan (treatment),
 pencetakan, pengemasan, distribusi, hingga daur ulang. Mahasiswa menunjukkan bahwa meskipun proses produksi masih menghasilkan emisi dan menggunakan energi panas, produk ini dapat terurai secara alami dan bahkan dimanfaatkan kembali sebagai kompos, sehingga tidak mencemari tanah dan air seperti plastik atau styrofoam.

Menurut Temani Gea, salah satu anggota tim, kegiatan ini menyadarkan mereka bahwa tidak ada produk yang benar-benar tanpa dampak, namun selalu ada pilihan yang lebih baik. 
"Kami sadar bahwa tetap ada emisi dan konsumsi energi, tapi wadah ini bisa terurai dan bahkan dijadikan kompos. Itu jauh lebih baik daripada plastik atau styrofoam yang mencemari tanah dan air selama puluhan tahun," ujarnya.


Husnul Khatimah menambahkan bahwa penting untuk memperhatikan aspek edukasi konsumen. "Produk ramah lingkungan harus juga dipahami dan diterima masyarakat. Poster ini kami buat agar orang tahu, bahwa pilihan kita sebagai konsumen bisa berdampak besar terhadap bumi," tuturnya.

Nor Afni Afdella juga menekankan pentingnya berpikir kritis terhadap seluruh siklus hidup suatu produk. "Kita tidak boleh hanya melihat sebuah produk dari label ‘alami’ saja. Kita harus tahu bagaimana asal bahan bakunya, bagaimana ia dibuat, dikirim, digunakan, dan akhirnya dibuang," jelasnya.

Sementara itu, Annida Salasabila menyampaikan bahwa proses belajar ini memberinya sudut pandang baru dalam melihat isu keberlanjutan. "Melalui LCA, kami jadi lebih memahami bahwa setiap keputusan dalam produksi dan konsumsi memiliki konsekuensi. Inilah yang harus terus disuarakan, terutama kepada generasi muda," ujarnya.

Jurusan Kimia FMIPA ULM sendiri merupakan salah satu jurusan di Indonesia yang telah mengintegrasikan topik Kimia Hijau dalam kurikulumnya. Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga diberi ruang untuk berpikir kritis, kolaboratif, dan solutif terhadap isu lingkungan.
Melalui media poster, mahasiswa diharapkan tidak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga mengajak masyarakat menjadi bagian dari solusi. Poster-poster yang dibuat menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa untuk menyuarakan pentingnya kesadaran lingkungan dalam setiap aspek kehidupan.

Penulis: Aulia Rhamdani Arfan dan Utami Irawati
© Copyright 2022 - Kalsel Today