Berita

Breaking News

Pegadaian Merebut Hati Rakyat Kecil, Rentenir Mulai Tergeser

Ilustrasi: pedagang pasar terapung. (Foto: Syarif) 
BANJARMASIN – kalseltoday.com - Pagi itu, Pasar Tradisional Alalak mulai ramai. Di sudut lorong sempit, terlihat seorang pria tua menunduk lesu. Namanya Pak Salim (bukan nama sebenarnya), rentenir yang telah 15 tahun menjalani "profesi" di balik pintu toko kelontong. Tapi sejak Pegadaian membuka layanan keliling ke desa-desa dan pasar, hidupnya berubah drastis.

 “Saya bukan maling, saya hanya bantu orang. Tapi sekarang mereka nggak butuh saya lagi,” keluhnya lirih.

Pergeseran Peran: Dari Rentenir ke Pegadaian

Selama bertahun-tahun, masyarakat kecil seperti pedagang pasar, buruh angkut, hingga nelayan hanya punya satu pilihan saat butuh uang cepat: rentenir. Mereka menawarkan kemudahan, tapi dengan bunga mencekik, bahkan bisa mencapai 30–50% per bulan.

Namun, semua berubah sejak Pegadaian mulai masuk secara agresif ke kantong-kantong masyarakat rentan di Kalimantan Selatan. Agus Suryanto, Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Area Banjarmasin mengungkapkan:

“Kami tidak hanya membuka kantor cabang, tapi juga turun langsung dengan mobil layanan keliling, kerja sama dengan BUMDes, dan edukasi keuangan masyarakat. Di 2024, kami menjangkau lebih dari 172 titik desa terpencil dan mencatat kenaikan 42% nasabah mikro.”

Produk seperti Gadai Syariah, Kreasi Ultra Mikro, dan tabungan emas menjadi primadona baru. Masyarakat menyambut layanan yang lebih manusiawi dan transparan.

Jejak Jerat: Korban Rentenir Berbicara

Ramlah, seorang pedagang lontong, pernah nyaris kehilangan rumah karena tidak mampu membayar utang ke rentenir.

 “Awalnya pinjam 2 juta, tiap minggu disuruh bayar 400 ribu. Akhirnya bengkak jadi 5 juta. Nggak kuat saya,” ujarnya sambil berlinang air mata.

Setelah mengenal Pegadaian dari penyuluhan yang dilakukan di pasar, ia menggadaikan cincin kawinnya untuk menutup utang. Kini, ia punya tabungan emas dan usaha lebih tenang.

Di lapangan, ditemukan pula praktik-praktik kasar: ada rentenir yang menyita barang tanpa surat, mengancam keluarga peminjam, hingga membuat peminjam stres berat dan terjerat utang tanpa akhir.

Kenyataan di Balik Angka:

Data Pegadaian Area Banjarmasin (2024): 

- Nasabah mikro bertambah 23.416 orang

- Nilai pinjaman mikro naik Rp17,8 miliar

- Layanan keliling mencakup 11 kabupaten/kota


Data investigasi lapangan: 

7 dari 10 peminjam rentenir tidak tahu cara akses pembiayaan formal

5 dari 10 menyebut Pegadaian sebagai penyelamat usaha kecil


Dampak Sosial:

Menurut Dr. Hadi Sutrisno, ekonom dari Universitas Lambung Mangkurat, peran Pegadaian sangat strategis.

 “Ini bukan soal persaingan usaha, tapi soal keadilan ekonomi. Rentenir tumbuh karena sistem formal tak hadir. Sekarang Pegadaian mengisi kekosongan itu.”

Namun, ia mengingatkan bahwa pemerintah harus tetap mengawasi agar praktik ilegal rentenir tidak bergeser ke sistem digital, seperti pinjaman online ilegal yang kini mulai mengincar desa-desa.

Epilog: Di Balik Pintu yang Tertutup

Pak Salim kini duduk termenung di depan kiosnya yang sepi. Ia mulai menjual token listrik dan pulsa, sesuatu yang dulu ia anggap remeh.

 “Zaman berubah. Sekarang orang cari yang resmi dan aman. Saya ngerti itu.”

Di tengah perubahan ini, satu hal jelas: Pegadaian bukan hanya memberi pinjaman, tapi juga membangun harapan dan martabat bagi rakyat kecil, sementara rentenir mulai kehilangan pijakan. 

Sementara itu, Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah di bawah naungan Kanwil IV Balikpapan mencatat pertumbuhan tertinggi nasional di tahun 2025 ini. 

Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah kembali membuktikan performa unggulnya dengan mencetak pertumbuhan kinerja tertinggi se-Indonesia hingga pertengahan Juni 2025.

Beberapa pencapaian utama yang diraih antara lain adalah Pertumbuhan Outstanding Loan (OSL) tertinggi secara nasional sebesar 35%, dengan total nilai Outstanding Loan mencapai Rp1,48 Triliun. Kemudian, pertumbuhan Year-on-Year (YoY) tertinggi se-Indonesia sebesar 53%.

Selanjutnya adalah pertumbuhan bisnis emas Year-to-Date (YtD) tertinggi nasional, melebihi 300%, dengan nilai OSL Cicil emas mencapai Rp147 miliar. 

Kinerja luar biasa dari Area Kalimantan Selatan dan Tengah ini turut mendorong PT Pegadaian Kanwil IV Balikpapan mencatatkan outstanding total sebesar Rp7,8 triliun. Capaian kinerja tersebut menjadikan wilayah ini sebagai peringkat kedua nasional dalam pencapaian Pertumbuhan Tertinggi Tahun 2025.

Deputi Bisnis Area Kalimantan Selatan dan Tengah, Anwar Yusuf, melalui siaran pers menyatakan bahwa kinerja ini adalah hasil kerja keras tim serta kepercayaan nasabah. 

“Pencapaian ini menunjukkan bahwa Pegadaian tidak hanya relevan, tetapi terus tumbuh dan dipercaya sebagai mitra keuangan yang andal,” ujarnya, Jumat (20/6) melalui siaran pers. 

Lebih dari sekadar lembaga gadai, Pegadaian kini telah berkembang menjadi institusi keuangan dengan layanan komprehensif, termasuk: Pembiayaan Mikro. Investasi Emas, Tabungan Emas dan Deposito Emas, serta Transaksi digital melalui aplikasi Pegadaian Digital dan Beberapa Channel seperti Agen. 

Menurut Anwar, masyarakat kini dapat menikmati kemudahan transaksi cukup dari genggaman tangan, sekaligus memperoleh akses ke layanan keuangan syariah maupun konvensional yang terpercaya.

“Transformasi digital dan inovasi layanan menjadi kunci kami. Pegadaian hadir tidak hanya untuk mengatasi masalah keuangan, tapi juga membantu masyarakat merencanakan masa depan secara bijak,” pungkas Anwar. (Wamen) 

© Copyright 2022 - Kalsel Today