Hari ini, Rabu 25 September 2024, langit Istanbul cerah membentang saat delegasi LAFKI mengikuti sesi yang sangat ditunggu pada Konferensi ISQua, dipimpin oleh Lisa Freeman, seorang tokoh penting dalam advokasi keselamatan pasien. Diadakan pada tanggal 25 September 2024, sesi berjudul “ISQua Learning Journeys: Co-Production in Practice: Driving Forces and Co-Production” ini mengajak peserta untuk mengeksplorasi konsep co-produksi dalam layanan kesehatan—sebuah pendekatan yang mengedepankan kerja sama erat antara pasien, keluarga, dan penyedia layanan.
Sesi Penuh Interaksi
Lisa Freeman, dengan latar belakangnya sebagai Executive Director dari Connecticut Center for Patient Safety, membuka sesi dengan memperkenalkan ide dasar co-produksi. Ia menjelaskan bahwa co-produksi bukan hanya tentang melibatkan pasien dan keluarga dalam beberapa keputusan, tapi tentang merangkul mereka sebagai rekan dalam merancang dan menjalankan sistem kesehatan. Ini bukan konsep baru, tapi masih jarang diaplikasikan dengan efektif di banyak sistem kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Diskusi yang Menantang Pemikiran
Sesi berlangsung dalam format diskusi panel yang dinamis, di mana Lisa menantang pemahaman peserta tentang aplikasi co-produksi. Pertanyaannya sederhana tapi mendalam: “Apakah kita benar-benar melibatkan pasien dan keluarga dalam semua aspek layanan kesehatan kita?” Pertanyaan ini memicu refleksi dari peserta, termasuk delegasi LAFKI, yang mengakui bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kemitraan sejati dalam layanan kesehatan di Indonesia.
Cerita dari Lapangan
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika Lisa membagikan contoh nyata dari keberhasilannya di Connecticut. Melalui pengalamannya, beliau menunjukkan bagaimana co-produksi berhasil membawa perubahan positif dalam keselamatan pasien. Delegasi LAFKI terinspirasi oleh cerita tentang dewan kemitraan pasien dan keluarga yang berhasil mengubah beberapa praktik dan kebijakan di rumah sakit untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif.
Relevansi bagi Indonesia
Diskusi ini sangat relevan bagi delegasi LAFKI yang sedang mencari cara untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Salah satu pelajaran penting yang dibawa pulang adalah pentingnya edukasi dan pelatihan berkelanjutan bagi profesional kesehatan untuk benar-benar memahami dan menghargai peran aktif pasien dan keluarga dalam perawatan kesehatan.
Ide untuk Aksi
Inspirasi dari sesi ini berlanjut dengan pembahasan tentang bagaimana ide-ide tersebut dapat diimplementasikan di Indonesia. Lisa menekankan pentingnya komitmen dari pucuk pimpinan fasilitas kesehatan untuk mendorong budaya co-produksi. Ini mencakup pelatihan reguler, pembuatan kebijakan yang mendukung keterlibatan pasien dan keluarga, serta evaluasi dan feedback rutin untuk memastikan program-program tersebut efektif.
Kesimpulan dan Harapan
Mengakhiri sesi, Lisa Freeman memberikan kata-kata motivasi bahwa setiap upaya untuk menerapkan co-produksi membutuhkan waktu, kesabaran, dan banyak belajar dari kesalahan. Namun, dengan komitmen dan strategi yang tepat, co-produksi bisa menjadi kenyataan yang mengubah sistem kesehatan menjadi lebih manusiawi dan responsif.
Delegasi LAFKI meninggalkan sesi tersebut dengan pemahaman baru dan motivasi untuk menerapkan pembelajaran ini di Indonesia. Melalui diskusi yang kaya dan wawasan dari Lisa Freeman, mereka melihat co-produksi tidak hanya sebagai idealisme tetapi sebagai strategi praktis untuk memperbaiki layanan kesehatan yang berpusat pada pasien di tanah air.
Dengan demikian, sesi ini tidak hanya memberikan wawasan teoretis tetapi juga langkah konkret yang dapat diambil untuk mendorong keterlibatan pasien dan keluarga dalam sistem kesehatan di Indonesia. Kesempatan untuk mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip co-produksi adalah langkah besar menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif dan efektif, suatu aspek yang akan terus dikejar oleh LAFKI dalam program-program mereka ke depan. Salam LAFKI.
Oleh. PP LAFKI
Berita