TUBAN, kalseltoday.com – Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk, Tuban, Jawa Timur, mendadak viral di media sosial setelah beredar sebuah video perpisahan pekerja yang penuh haru. Video itu pun langsung memicu keresahan publik, khususnya kalangan pekerja rokok.
Namun, pihak manajemen menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar alias hoaks. Aktivitas produksi di pabrik Gudang Garam Tuban hingga kini masih berjalan normal dan kondusif.
Manajemen Tegaskan Tidak Ada PHK Massal
HRD PT Merdeka Nusantara—penyedia tenaga kerja untuk Gudang Garam Tuban—Adib Musyafak menegaskan bahwa sejak awal tahun hingga saat ini, tidak ada PHK massal yang dilakukan perusahaan.
“Bukan di Tuban. Aktivitas di sini masih berjalan seperti biasanya. Sejak awal tahun sampai sekarang tidak ada PHK massal,” ujarnya.
Adib juga menyebut jumlah pekerja di Tuban masih stabil di kisaran 800–850 orang, dengan sekitar 90 persen di antaranya adalah pekerja perempuan.
Disnakerin Tuban Perkuat Klarifikasi
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin) Kabupaten Tuban, Rohman Ubaid, turut memperkuat pernyataan manajemen. Ia menegaskan, tidak ada PHK di Gudang Garam Tuban.
“Tidak benar, MN (Merdeka Nusantara/Gudang Garam) di Tuban tidak ada PHK,” katanya.
Serikat Buruh Lakukan Verifikasi
Meski manajemen membantah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengaku telah menerima informasi soal dugaan PHK dan kini tengah melakukan verifikasi.
“Kami baru dapat kabarnya telah terjadi PHK buruh… kita akan cek dulu,” ujarnya.
Iqbal menilai, jika benar terjadi, PHK di industri rokok bisa menjadi alarm melemahnya daya beli masyarakat sekaligus menurunkan produksi. Ia juga meminta pemerintah turun tangan agar hak-hak buruh, seperti gaji dan THR, tetap terpenuhi.
Tekanan di Industri Tembakau
Pemerhati industri tembakau, Hananto Wibisono, menilai kabar ini menjadi cerminan tantangan serius yang tengah dihadapi industri rokok nasional. Menurutnya, kenaikan cukai, regulasi ketat, dan pergeseran pola konsumsi menjadi faktor utama yang menekan sektor ini.
“Ekosistem tembakau di Indonesia sedang goyah. Pemerintah, industri, dan petani tembakau harus mencari solusi bersama agar tidak berdampak lebih luas,” ujarnya. (Red)
Berita