Kalseltoday.com, Banjarmasin - Pemilu 2024 mendatang, bisa dikatakan sebagai event transisi politik di negeri ini. Ada banyak catatan menarik yang bisa ditorehkan terkait Pemilu 2024 tahun depan.


Misalnya, ini adalah pemilu yang ke-6 di era reformasi. Atau pemilu yang ke-13 sejak Indonesia merdeka. Pemilu kali ini tercatat juga dengan jumlah pemilih yang terbesar, mencapai 205.853.518 pemilih. 


Dibanding dengan pemilu 1999, di awal reformasi, yang hanya berjumlah 105.786.661 pemilih. Ini berarti ada kenaikan jumlah pemilih lebih dari 100 juta pemilih, atau mengalami kenaikan lebih dari 50 %, di banding awal reformasi 1999.


Bedanya, jika tahun 2024 besok jumlah partai politik peserta pemilu, di luar Daerah Istimewa Aceh, jauh lebih sedikit. Saat pemilu awal reformasi 1999, peserta pemilu yang terdaftar tercatat tidak kurang dari 148 partai politik. Namun yang lulus hanya 48 parpol. Kini, 2024, jumlahnya jauh lebih sedikit. 


Data dari Sekretaris Kebinet Desember 2022 lalu, tercatat 17 parpol nasional, dan 6 lokal Aceh. Namun ada penambahan lagi, Partai Ummat. Totalnya menjadi 24 parpol. Artinya separo dari jumlah peserta pemilu di awal reformasi tahun 1999.


Hal yang tak kurang menonjol, dan menarik, adalah pada pemilu 2024 besok besarnya jumlah pemilih dari kalangan milenial. 


Menurut penjelasan Komisioner KPU RI, Agust Mellaz, tidak kurang dari 60 % pemilih Indonesia tahun 2024 besok adalah merupakan Kelompok Muda. 


Hal ini dikatakan Mellaz saat menjadi nara sumber dalam event KPU bertemakan “Sumbang Suara Kaum Muda dalam Menciptakan Pemilu 2024 Damai yang Bermartabat” dan sekaligus Deklarasi “Zellinal Dukung Pemilu Damai, Indonesia Bangkit Berdaya”, sebagaimana diberitakan TEMPO, Februari 2023 lalu. 


Atas dasar itu, KPU sebagai penyelenggara pemilu sejak setahun yang lalu sudah mengkampanyekan “gerakan mensukseskan pemilu bagi anak muda” melalui banyak media dan saluran lainnya. Tidak hanya itu, media pemerintah pun, seperti Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) pun hari ini hamper setiap saat menggelorakan perlunya semua anak bangsa, termasuk kaum mudanya, untuk sama-sama mensukseskan event lima tahunan tersebut. Imbauan demi imbauan, tiap hari terus digelorakan.


Genuine dan Briliant


Memperhatikan besarnya kaum muda yang menjadi pemilih dalam pemilu 2024 besok, sepertinya kita sedang dihadapkan dengan optimism Indonesia di masa depan. Kenapa ? Karena kaum muda Indonesia, seperti yang banyak disinyalir oleh para ahli, memiliki karakteristik khusus, yang genuine dan brilliant. 


Kenapa dikatakan demikian ? Karena kaum muda Indonesia dewasa ini memiliki karakteristik yang khusus, yang berbeda jauh dengan generasi tuanya. Jika selama ini ada isu pemilih Indonesia, termasuk di banua tercinta, sangat transaksional (menunggu serangan fajar), yang pragmatis dan materialis, namun kaum mudanya justru jauh lebih ideal. Mereka lebih terdidik, berwawasan, tidak mudah dirayu dengan amplop, penuh idealism dan profesional.


Berdasar karakter tersebut, maka kaum muda nusantara dewasa ini, termasuk di banua, tentu akan mempertimbangkan dengan baik calon pemimpin yang akan mereka pilih, baik yang akan menjadi wakil rakyat di perlemen, atau yang akan menjadi kepala daerah, termasuk presiden. Mereka juga tidak mudah terprovokasi dengan isu politik identitas, isu hoax dan berita bohong, isu komunis, kristenisasi, tenaga kerja asing, serta isu-isu yang cenderung memecah belah anak-anak bangsa. 


Kaum muda kita juga tak mudah ditipu melalui pencitraan, misalnya calon pemimpin yang seolah-olah tampil baik sekali, namun para kaum muda itu telah memaklumi dengan baik, bahwa itu semua hanya semacam “se-olah-olah” saja. 


Mereka juga secara tulus dan ikhlas, sebagai bagian dari generasi muda Indonesia, yang akan menjadi penerus estapita bangsa di masa depan, akan membangun sebuah tradisi untuk memilih pemimpin hanya dari kalangan orang-orang yang tak “ber-pura-pura” itu, hipokrit atau penipu.


Kaum muda dewasa ini jauh lebih perspective. Memikirkan masa depan. Mereka tak mudah dikelabui, dengan symbol dan ucapan “hampa”. Mereka juga tak suka basa-basi. Mereka lebih riel, berkarya untuk bangsa dan negara.


Sebagai generasi yang terdidik, mereka lebih mandiri. Mereka juga tak suka perilaku hipokrit, yang penuh kepura-puraan. Mereka juga sadar betul jika negerio ini menjadi tanggung-jawabnya. Atas dasar itulah, kaum muda nusantara menjadi semakin kritis atas segala macam ketidak-benaran. Mereka sadar betul jika bangsa ini menentukan masa depan mereka sendiri. 


Maka itu, menjadi relevan harapan dan anjuran KPU, sebagai penyelenggara pemilihan umum, terhadap tonggak estapita penerus bangsa ini. “Selamat Berjuang Kamu Muda Nusantara”.


HM Syarbani Haira, Pendiri Rabithah Melayu Banjar, tinggal di Banjarmasin