Banjir Kritikan Gelaran Konser Band Kotak di Area RSUD Bangil

Foto istimewa

Kalseltoday.com, Bangil - Konser band Kotak dalam peresmian gedung rawat jalan dan launching logo baru RSUD Bangil, Rabu (2/8) malam, menuai banyak cibiran. Tidak hanya dari kalangan aktivis, tapi juga legislatif dan ulama. Peresmian itu dinilai sangat tidak pantas.


  Ya, RSUD Bangil menggelar konser musik saat peresmian gedung rawat jalan dan launching logo baru. Menggelar konser musik sebagai bentuk peresmian inilah yang dinilai sangat tidak pantas. Sebab, rumah sakit merupakan tempat bagi orang-orang yang membutuhkan ketenangan selama menjalani perawatan.


  Sementara di lapangan, konser musik dengan suara menggelegar diperdengarkan. Terlebih lagi, grup musik yang dihadirkan beraliran rock. Yakni, Kotak Band. Rasa empati dan kepekaan terhadap pasien yang tengah berbaring di rumah sakit pun dipertanyakan.


  Peresmian gedung rawat jalan dan launching logo baru RSUD Bangil memang digelar tak lazim, Rabu (2/8) malam. Sebuah panggung besar berdiri di depan ruang rawat inap rumah sakit pelat merah itu. Sound besar pun menghiasi sekitaran panggung.


  Suara sound bergemuruh, ketika acara dimulai. Selain sambutan Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf dan Direktur RSUD Bangil Arma Roosalina, sajian musik didengarkan oleh pegawai di lingkungan RSUD Bangil.


  Baru sekitar pukul 20.45, Band Kotak yang menjadi bintang tamu menyambut penonton. Vokalis Kotak, Tantri yang khas dengan suara kerasnya, semakin memanaskan suasana. Suara gelagar sound pun terdengar bergemuruh.


  Saking kerasnya, sampai menuai keluhan dari keluarga pasien yang sedang rawat inap di rumah sakit itu. “Suaranya brebeken. Sudah gitu, mertua saya jantungen,” ungkap seorang keluarga pasien yang meminta namanya tidak disebut.


  Konser musik dalam acara peresmian gedung baru itu pun menuai banyak hujatan. Direktur Pusat Studi dan Advokasi (Pus@ka) Lujeng Sudarto menilai, peresmian dengan bentuk konser musik di kawasan RSUD Bangil jelas sangat tidak etis. Juga tidak punya sense of crisis.


Sebab, seharusnya rumah sakit didesain menjadi tempat yang tenang. Namun, mala dipakai tempat konser musik. Apalagi, kegiatan tersebut dilakukan di dekat IGD yang merupakan tempat orang membutuhkan penanganan darurat.


  “Bupati mestinya tidak sibuk dengan segala pencitraan, sehingga terkesan tidak punya sense of crisis. Masa,  sakit dipakai konser musik. Nalarnya ditaruh di mana?” katanya.


  Ketua Brigade Gus Dur Muslimin memandang, apa yang dilakukan rumah sakit sangat keterlaluan. Konser musik sepantasnya dilakukan di tempat yang pas untuk konser. Muslim–sapaannya–bahkan bisa mendengar suara dentuman musik dari rumahnya di Masangan, Kecamatan Bangil. Padahal, jarak rumahnya dengan RSUD Bangil sekitar 500 meter.


“Rumah saya berjarak 500 meter dari RSUD Bangil. Itu saja konser musiknya bisa terdengar di sini. Apalagi pasien yang ada di kawasan rumah sakit,” bebernya.


  Praktisi hukum Suryono Pane memandang, secara hukum sebenarnya tidak ada yang dilanggar dalam konser musik tersebut. Yang perlu disayangkan yaitu, kegiatannya dilaksanakan di kawasan RSUD.


Ini sangat tidak etis dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Apalagi, Bangil notabenenya dikenal sebagai kota santri. Harusnya, kegiatan peresmian itu dilakukan dengan sajian yang lebih santun. Misalnya dengan salawatan atau zikir bersama agar diberi keselamatan.


 “Di luar apakah ada pelanggaran aturan, kasus semacam ini sangat tidak memperhatikan etika dalam pelayanan kesehatan. Kalaupun dengan sajian musik, bisa pakai akustik. Bukan band musik yang beraliran rock. Atau bisa juga zikir bersama. Kami harap, pihak rumah sakit meminta maaf secara terbuka atas hal ini. Beberkan juga anggarannya dari mana,” singgungnya.


  Hal serupa disampaikan pengasuh Ponpes Darut Tauhid Bangil Gus Muhammad Imam Haromain. Dia menilai, konser musik di rumah sakit merupakan sesuatu yang zalim dilakukan pejabat. Sebab, rumah sakit merupakan tempat untuk berobat atau ikhtiar. Seharusnya tidak digunakan untuk kegiatan  konser.


  “Kok ya ada, rumah sakit dijadikan tempat konser. Itu namanya zalim. Karena menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Siapa yang buat itu, doakan waras wae,” singgungnya.


  Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan Tri Laksono Adi juga mengaku sangat prihatin atas peresmian gedung yang dilakukan dengan konser musik. Menurutnya, hal itu sangat tidak etis dilakukan di tempat yang harusnya menjadi pelayanan kesehatan. Pihaknya pun berencana memanggil manajemen RSUD Bangil.


“Kami akan panggil manajemen untuk meminta penjelasan mengenai hal ini. Sangat tidak pantas memang. Mungkin kalau musik religi atau salawatan masih bisa. Tapi ini, band dengan aliran rock di tempat orang-orang sakit. Sangat tidak etis,” tandasnya.


Hal senada diungkapkan anggota Fraksi Nasdem DPRD Kabupaten Pasuruan Hatta Rifki. Ia menilai, konser musik di RSUD Bangil bukan saja tak elok dilakukan. Lebih dari itu, juga merupakan hal yang tak manusiawi dilaksanakan.


  “Banyak pasien yang butuh istirahat dengan tenang untuk proses penyembuhan. Jadi, sangat tidak elok dan tak manusiawi hal itu dilakukan,” ulas lelaki yang juga anggota Komisi III DPRD Kabupaten Pasuruan tersebut.


  Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan Shobih Asrori berpandangan sedikit berbeda. Ia berharap, kasus tersebut tidak “digoreng” sedemikian rupa.


“Mungkin di rumah sakit yang lain, ada kegiatan serupa. Kami harap persoalan tersebut tidak digoreng sedemikian rupa,” imbuh politisi dari F-PKB itu. (Red)




0/Post a Comment/Comments