BANJARMASIN – Polisi akhirnya mengungkap fakta baru di balik peristiwa tragis yang menewaskan bidan Rahmaniah (58) di rumahnya di Gang Antasari II, Kelayan A, Banjarmasin Selatan, Senin (20/10/2025) malam. Setelah dilakukan penyelidikan, kasus tersebut dipastikan bukan perampokan, melainkan akibat penolakan permintaan pinjaman uang.
Kapolsek Banjarmasin Selatan, Kompol Christugus Barunde, menjelaskan bahwa pelaku yang diketahui bernama Andi Julianto alias Encek, menyerahkan diri ke Mapolsek sekitar pukul 00.05 Wita, Selasa (21/10/2025), atau empat jam setelah kejadian.
“Pelaku datang ke kantor polisi diantar temannya menggunakan ojek, setelah kami melakukan pendekatan kepada keluarganya,” terang Christugus.
Dari hasil interogasi, diketahui pelaku nekat menusuk korban karena kesal pinjaman uang sebesar Rp500 ribu yang ia minta tidak dikabulkan.
“Senjata tajam yang digunakan adalah pisau milik pelaku sendiri yang dibawa dari rumah. Pengakuannya, pisau itu biasa dibawa sehari-hari, namun hal ini masih kami dalami,” tambahnya.
Menurut Christugus, korban mengalami empat luka tusuk, dengan luka paling parah berada di bagian bawah dada. Sementara putri korban, Rina Mutia (24), yang mencoba melerai, juga mengalami luka di pergelangan tangan dan punggung. Saat ini, Rina masih menjalani perawatan medis.
Usai melakukan aksinya, pelaku sempat pulang ke rumah dan kemudian menuju kawasan Sungai Andai. Setelah dibujuk pihak keluarga, ia akhirnya bersedia menyerahkan diri ke polisi.
Pengakuan Pelaku: Hanya Ingin Pinjam Uang, Tapi Khilaf
Dalam keterangannya, Encek mengaku sudah lama mengenal korban. Ia sering berobat ke Rahmaniah, bahkan ibunya kerap diminta memasakkan makanan oleh bidan tersebut.
“Saya datang ke rumah beliau untuk berobat karena sakit magh. Sekalian saya mau meminjam uang Rp500 ribu, tapi ditolak. Saya terus membujuk, tapi tidak dikasih,” ujarnya.
Pelaku mengaku kehilangan kendali saat korban marah dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya tersinggung. “Pisau itu saya bawa untuk jaga-jaga, bukan untuk melukai. Tapi saya khilaf, tiba-tiba saja emosi dan tak sadar sudah menikam,” ucapnya dengan tangan terborgol.
Kesaksian Warga: Sosok Bidan yang Ramah dan Disayangi Tetangga
Warga sekitar masih sulit mempercayai kejadian tersebut. Salah seorang tetangga, Eti, menyebut korban dikenal sebagai sosok yang ramah dan dermawan.
“Saya sudah enam tahun bertetangga dengan almarhumah, orangnya baik dan suka membantu. Pasiennya juga banyak karena beliau buka praktik KB setiap malam,” tutur Eti.
Eti mengatakan, saat kejadian dirinya sedang mandi dan baru tahu setelah diberi tahu anaknya. “Begitu saya keluar rumah, ibu bidan sudah bersimbah darah di dekat pintu. Saya bantu mengangkat waktu ambulan datang, tapi sepertinya sudah tidak bernyawa,” ceritanya sedih.
Ia menambahkan, tidak ada suara keributan yang terdengar sebelumnya. “Yang dengar cuma Bu Idah, dikira lagi menegur anaknya. Jadi warga baru sadar setelah ada pasien datang mau suntik KB dan melihat korban sudah tak sadarkan diri,” ungkapnya.
Rahmaniah diketahui baru saja pensiun dari Puskesmas Pekauman, dan kini tinggal bersama putri sulungnya yang menjadi korban luka dalam peristiwa itu. Dua anak lainnya sudah berkeluarga dan tidak tinggal serumah.
“Warga di sini sangat kehilangan. Ibu bidan itu orangnya baik, tak pernah punya masalah dengan siapa pun,” pungkas Eti. (*)
.jpg)
Berita