BANJAR, kalseltoday.com – Kasus dugaan keracunan massal terjadi di sejumlah sekolah di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis (9/10/2025). Puluhan pelajar dilaporkan mengalami gejala seperti mual, muntah, dan pusing usai mengonsumsi makanan dari salah satu penyedia katering, MBG.
Informasi yang dihimpun media ini menyebutkan, hingga Kamis malam, sedikitnya 85 siswa dirawat di RSUD Ratu Zalecha Martapura dan beberapa puskesmas di wilayah Kecamatan Martapura.
Dari hasil keterangan sementara, diketahui bahwa pihak MBG mulai memasak sekitar pukul 01.00 dini hari, sedangkan makanan baru didistribusikan ke sekolah-sekolah sekitar pukul 10.00 pagi.
Akibat lamanya waktu penyimpanan, sebagian besar makanan dilaporkan telah basi dan tidak layak konsumsi saat dibagikan kepada siswa.
“MBG memasak jam 1 malam, dan ketika didistribusikan jam 10 pagi, sebagian besar makanan sudah basi,” ungkap salah satu sumber di lapangan kepada media ini.
Sekolah yang Terdampak
Berdasarkan data sementara yang diterima redaksi, siswa yang mengalami gejala keracunan berasal dari sejumlah sekolah, di antaranya:
- SMA IT Assalam
- MTs Assalam
- MI Assalam
- SDN Pasayangan 1
- SD Muhammadiyah Martapura
- MTs Muhammadiyah Martapura
- SDN 1 Tungkaran
30 siswa telah diperbolehkan pulang, sementara 55 lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Belum Ada Keterangan Resmi
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar belum memberikan keterangan resmi mengenai penyebab pasti kejadian tersebut. Tim medis masih melakukan pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan laboratorium.
Peristiwa ini menyita perhatian masyarakat dan para orang tua murid, mengingat korban berasal dari beberapa sekolah sekaligus yang menerima makanan dari penyedia katering yang sama.
Langkah Penanganan
Petugas medis di RSUD Ratu Zalecha Martapura dan puskesmas setempat masih terus memantau kondisi para siswa yang dirawat. Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan evaluasi terhadap penyedia katering guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.
“Kami berharap ada tindak lanjut dan pengawasan lebih ketat terhadap penyedia makanan sekolah,” ujar salah satu orang tua siswa yang enggan disebut namanya. (Tim MK)
Berita