BANJARBARU, kalseltoday.com – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terus memperkuat program peningkatan gizi anak sekolah melalui Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) sebagai upaya menjaga kesehatan generasi muda Banua.
Hingga kini, sebanyak 140 SPPG telah rampung divalidasi, dengan rincian 98 satuan telah aktif beroperasi dan 42 lainnya dalam tahap persiapan sebelum resmi menjalankan layanan.
Selain itu, Program Sarapan Lezat Higienis dan Sehat (SLHS) juga telah berjalan di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin.
Namun demikian, kewaspadaan terus ditingkatkan setelah muncul laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan di beberapa titik wilayah.
“Kami terus melakukan pemantauan dan penanganan terhadap KLB yang terjadi. Di Kabupaten Banjar tindakan penanganan intensif sudah dilakukan, sementara di Banjarmasin masih dalam tahap pemeriksaan dan pengawasan ketat,” ujar Siti Fatimah, Koordinator Regional SPPG Kalsel, Kamis (23/10/2025).
Siti menambahkan, laporan terkait menurunnya kualitas makanan di Banjarbaru juga menjadi fokus evaluasi pihaknya.
Perketat Pengawasan Produksi dan Distribusi
Pengawasan kini diperkuat mulai dari dapur produksi hingga proses distribusi. Beberapa langkah antisipatif yang diterapkan antara lain:
- Peningkatan kompetensi pengelola SPPG melalui pelatihan dan magang internal.
- Pembentukan petugas pengawas di tiap daerah untuk memantau operasional serta menampung laporan masyarakat.
- Penerapan prosedur higienis ketat di area pencucian alat makan, penyimpanan bahan pangan, dapur produksi, dan gudang.
- Uji kualitas makanan sebelum dibagikan, serta pembatasan waktu konsumsi guna menjamin keamanan pangan.
Prosedur Cepat Saat Terindikasi KLB
Siti menjelaskan, jika muncul indikasi kasus keracunan makanan, langkah-langkah cepat segera diterapkan, di antaranya:
- Sekolah wajib segera melapor ke SPPG.
- Tim melakukan pemeriksaan langsung dan membawa siswa terdampak ke fasilitas kesehatan.
- Dilakukan koordinasi lintas instansi — melibatkan Kodim, Polres, Dinkes, dan BPOM.
- Sampel makanan diuji, dan sementara waktu operasional SPPG dihentikan hingga hasil uji keluar.
Meski dihadapkan pada berbagai tantangan seperti keterlambatan distribusi, selera anak yang beragam, dan pasokan bahan pangan, pihaknya tetap berkomitmen menjaga kualitas program.
“Kami terus beradaptasi melalui komunikasi rutin dan evaluasi berkelanjutan. Kolaborasi dilakukan dengan sekolah, UMKM, koperasi, serta petani lokal untuk menghadirkan menu bergizi berbasis pangan daerah yang disukai anak-anak,” pungkasnya.
Dengan pengawasan ketat dan respon cepat di lapangan, program gizi anak sekolah di Kalimantan Selatan diharapkan terus berjalan optimal demi mendukung tumbuh kembang dan kesehatan generasi penerus bangsa. (Tim)

Berita