Di salah satu sudut, Pak Salim rentenir yang sudah 15 tahun menggeluti profesinya menunduk lesu. Usahanya yang dulu hidup subur, kini kian ditinggalkan.
Hadirnya Pegadaian lewat mobil layanan keliling, kemitraan dengan BUMDes, hingga program literasi keuangan, memberi masyarakat pilihan lain. Mereka tak lagi harus terjerat bunga mencekik hingga 50 persen per bulan, seperti yang biasa ditawarkan para rentenir.
Dari Jeratan Bunga ke Jalan Resmi
Dulu, pedagang, buruh, hingga nelayan hanya mengenal satu jalan saat butuh uang cepat: rentenir.
Kini, situasi bergeser. Pegadaian membuka akses lebih mudah dan aman melalui produk Gadai Syariah, Kreasi Ultra Mikro, hingga Tabungan Emas.
Sepanjang 2024, Pegadaian Area Banjarmasin menambah lebih dari 23 ribu nasabah mikro, menjangkau 172 desa.
“Dulu orang selalu datang ke saya. Sekarang mereka sudah punya jalan lain. Saya paham, zaman berubah,” ujar Pak Salim lirih.
Suara Korban Rentenir
Ramlah, pedagang lontong di pinggir jalan, nyaris kehilangan rumah karena lilitan utang rentenir.
“Awalnya pinjam Rp2 juta, tiap minggu bayar Rp400 ribu. Akhirnya membengkak jadi Rp5 juta. Nggak kuat saya,” kisahnya.
Bagi Ramlah, hadirnya Pegadaian jadi jalan keluar. Prosesnya cepat, transparan, dan yang terpenting aman.
Cerita lain datang dari Nunung Mulyani, ibu empat anak di Banjarmasin Utara. Modal usahanya lahir dari gadai cincin kawin di Pegadaian. Kini, lewat program pembiayaan Amanah Pegadaian, ia bisa membeli sepeda motor untuk anak berangkat sekolah.
“Bagi saya, Pegadaian bukan sekadar tempat menukar barang dengan uang, tapi ruang menyambung hidup. Mereka melayani dengan hati,” tuturnya.
Analisis: Mengisi Kekosongan Sistem
Menurut Dr. Hadi Sutrisno, ekonom Universitas Lambung Mangkurat, Pegadaian hadir bukan sekadar pesaing rentenir, melainkan solusi struktural.
“Rentenir tumbuh karena sistem formal tak hadir. Pegadaian mengisi kekosongan itu. Tapi ancaman baru kini muncul dari pinjaman online ilegal yang harus diwaspadai,” tegasnya.
Lompatan Kinerja 2025
Transformasi layanan Pegadaian terbukti berbuah manis. Hingga pertengahan 2025, Pegadaian Area Kalimantan Selatan dan Tengah mencatatkan kinerja terbaik nasional:
-
Outstanding Loan (OSL) naik 35% menjadi Rp1,48 triliun (pertumbuhan YoY 53%).
-
Bisnis emas tumbuh spektakuler lebih dari 300%, dengan nilai cicil emas mencapai Rp147 miliar.
-
Total outstanding Kanwil IV Balikpapan menembus Rp7,8 triliun, peringkat kedua nasional.
Deputi Bisnis Area Kalimantan Selatan dan Tengah, Anwar Yusuf, menegaskan capaian ini lahir dari transformasi digital dan inovasi layanan.
“Pegadaian hadir bukan hanya untuk mengatasi masalah keuangan, tapi juga membantu masyarakat merencanakan masa depan secara bijak,” ujarnya.
Epilog: Zaman yang Bergeser
Kini, Pak Salim beralih menjual token listrik dan pulsa. Profesi lamanya sebagai rentenir tinggal kenangan.
“Sekarang orang cari yang resmi dan aman. Saya ngerti itu,” katanya pasrah.
Perubahan ini menegaskan satu hal: Pegadaian bukan sekadar memberi pinjaman, tetapi juga membangun harapan dan martabat rakyat kecil.
Dulu, jalan mereka sempit dan gelap. Kini, ada lorong terang yang menuntun menuju napas baru. (Tim)
Berita